BEBERAPA PENDEKATAN MEMAHAMI SUNNAH
Dua ahad lalu ustad Kahar Calasta memberikan
pangayaan materi pada kajian HPT (Himpunan Putusan Tarjih) Muhammadiyah ranting
Sukmajaya Depok., tepatnya Tanggal 27 Mei 2011. Ahad lalu Tgl. 03 Juni 2012, materi
berupa makalah berjudul "BEBERAPA PENDEKATAN MEMAHAMI SUNNAH"
dibawakan langsung oleh penulisnya sendiri yaitu ustad Rahmat Naibaho MA.
MakaIah sebanyak 15 halaman-yang oleh pembahasnya-ustad Ridwan, sebagai makalah
yang terlalu ilmiah, insya Allah besok sampai pada sesi Tanya jawab. Terus
terang, bagian yang paling kurasa sulit adalah ketika harus menghafal dan
mengingat istilah-istilah : Bayan Taqrir, Bayan Tafsir, Tafshilul-mujmal,
Tabyinul-Musytarak, Tafshshishu'am, Bayan Tabdil, dll. Tapi Alhamdulillah, ada rasa
bangga juga lah bisa ikut kajian seperti ini. Apalagi pemberi makalahnya
lulusan Al Azhar Kairo. Cuma ya itu tadi, awak yang ngaji aja tak tamat
ibtidaiyah harus mengikuti kajian ini. Dilalahnya, mayoritas
jama’ahnya berusia 40 Thn keatas. Kalau orang betawi bilang udeh pade
tue-tue. Jadi istilahnya banyak temen yang sama telminya…hahaha. Oke, aku coba aja
meringkas makalah dengan bahasa yang mudah kumengerti.
Al-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP MANUSIA :
Karena posisi manusia sebagai khalifah (QS Al
Baqarah 2:30), maka Allah SWT memberi kitab sebagai pedoman hidup yang lengkap
untuk manusia yang diturunkan melalui RasulNya. Bagian yang tak terpisahkan
adalah diperlukan adanya uswah seorang Rasul yang memberi petunjuk pelaksanaan
(JUKLAK) yang rinci dan operasional (QS An-Nahl 16:43-44).
Al-QUR’AN DAN As-SUNNAH TIDAK TERPISAHKAN &
SALING MELENGKAPI :
Muhammad Rasulullah SAW, sebagai uswah hasanah
telah menjadi keyakinan yang tak tergoyahkan bagi umatnya. Kedudukan sunnahnya
juga tidak terpisahkan dari Al-Qur;an. Cakupan petunjuknya itu meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia Dalam QS Al-Ahzab 33:21 yang artinya : “ Sungguh keberadaan (eksistensi) Rasulullah
bagi kalian adalah sebagai uswah hasanah.
Bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kebahagiaan hari akhir, dan dia
banyak mengingat Allah”. Dengan demikian seorang muslim wajib menjadikan
sunnah sebagai uswah dalam segala hal dan dalam kehidupan yang bersifat ta’abbudi
dan juga memanfa’atkan dunia untuk mencari bekal akhirat.
Sedang
dalam ayat 36 surat yang sama : “Dan
tidak pantas bagi mu’min dan juga bagi mu’minat, bila Allah dan RasulNya telah
menetapkan suatu ketetapan-akan ada bagi mereka pilihan lain- tentang urusan
mereka. Dan barang siapa ma’shyiat terhadap Allah dan RasulNya, maka dia telah
sesat, kesesatan yang jelas”.
Dua ayat dari AS Al-Ahzab diatas cukuplah sebagai
bukti kecintaan iman, dan menjadikan iman itu indah di dalam hati. Akhirnya
seorang mu’min akan membenci kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan. Dan
menjadikan ajaran Rasulullah sebagai filter dalam menghadapi faham-faham
lainnya. Bukan sunnah Rasul yang disesuaikan dengan zaman, tapi ajaran manusia
itulah yang harus disesuaikan dengan sunnah Rasul.
BAHAYA INGKAR TERHADAP SUNNAH BERDASARKAN
AL-QUR’AN :
AL-QS
An-Nissa’ 4:150-151 :”Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada Allah dan RasulNya, dan bermaksud memilah-milah
antara keimanan kepada Allah dan rasul-rasulNya dengan mengatakan : kami
mengimani sebagian dan kami kafir kepada sebagian yang lain, serta bermaksud
(dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman
atau kafir). Mereka itulah yang lengkap kriterianya sebagai orang kafir. Dan
Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu ‘adzab yang sangat
menghinakan”.
Dalam
ayat ini tersirat bahwa kafir itu terdiri dari empat golongan, yaitu :
Pertama, Kufur kepada Allah dan RasulNya secara keseluruhan, mereka
diberi peringatan atau tidak, sama saja tetap tidak beriman (QS Al-Baqarah
2:6). Tokoh-tokohnya antara lain, Fir’aun, kaum ‘Ad, kaum Luth dan Abu Lahab.
Kedua, memisahkan antara Allah dan RasulNya, mereka mengaku mengimani
Allah tapi menolak para RasulNya. Masuk dalam golongan ini (contoh di
Indonesia, kaum ingkar sunnah, aliran kepercayaan atau penghayat kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ketiga, mengimani Allah SWT tapi mengimani Rasul sebahagian saja. Juga
masuk dalam golongan ini orang yang mau menerima sebagian hukum Allah dan
menolak yang lain. Jelasnya, yang sesuai dengan hawa nafsunya saja. Misalnya,
rukun Islam yang lima dikerjakan semua, tapi dalam hal menikah, waris, pakaian
dan peradilan, mereka menolak ketentuan Allah dan RasulNya. Kira-kira ada gak
ya model begini ?
Keempat, golongan yang mencari jalan lain, yang tidak berdasarkan
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka lebih senang mengambil jalan pikirannya
sendiri. Sebagian mufassir berpendapat bahwa Ahli Bid’ah termasuk golongan ini.
SUMBER SUNNAH :
Sunnah
Rasul itu bisa diketahui melalui perkataan (Qawliyyah), perbuatan (Fi’liyyah),
persetujuan (Taqriyyah), rencana (Hammiyyah) dan penghindaran (Tarkiyyah)
Rasulullah SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar